Olah raga futsal yang masuk Indonesia tahun 2001, dengan cepat
mendapat tempat di hati para pecinta olah raga sepak bola. Mulai dari
lingkungan SMA, kampus, sampai perusahaan. Tak jarang perusahaan
mengadakan turnamen futsal di lingkungannya untuk menjalin keakraban di
antara sesama karyawan. Tren inilah yang kemudian ditangkap sebagai
peluang bisnis oleh pengusaha (Rumput Sintetis).
Beberapa pengusaha bahkan tak segan menyewa ruang (space) di mal atau
pusat-pusat perbelanjaan untuk disulap menjadi lapangan futsal.
Di Senayan Trade Centre (STC), misalnya, tersedia lapangan futsal di
lantai 6, yang dulunya merupakan lapangan basket. Taufik, salah seorang
konsumen lapangan ini (rumput sintetis), mengaku senang berlatih futsal
di situ karena prosedurnya mudah (tinggal booking seminggu sebelumnya),
nyaman, dan harga sewanya oke yakni Rp 175-200 ribu per jam. Adapun
pengelolaannya mirip dengan ice skating dan bowling.
Futsal sendiri mulanya berkembang di Brasil, Spanyol dan Peru, lalu
menyebar ke seluruh dunia. Perbedaan paling mencolok dengan sepak bola
konvensional adalah futsal memiiki lapangan yang lebih kecil. Ukurannya
antara 15 x 25 m sampai 25 x 42 m, dengan jumlah pemain 5-7 orang per
tim. Karena itu, futsal lebih fleksibel dan bisa dimainkan di dalam
ruangan tertutup (indoor) dengan lapangan berumput sintetis.
Saat ini, di Jakarta saja setidaknya terdapat 7 lokasi futsal indoor
dengan rumput sintetis. Pemain terbesar di bisnis ini adalah PT Sentral
Prima Raga (SPR) yang mengelola Planet Futsal – Indoor Soccer Center.
SPR mulai berkiprah di bisnis futsal pada 2004 dan membidik masyarakat
kota yang hobi main bola.
Sambutan masyarakat? “Sangat bagus. Buktinya kami berkembang terus
dan bahkan merambah ke kota-kota lain,” jawab Filip. Kini Planet Futsal
telah memiliki 7 pusat bermain futsal indoor, yaitu Kelapa Gading
(tepatnya di kompleks A”X”C Gedung E); Sunter; Klub Rasuna; Serpong;
Medan; Pontianak dan Samarinda. Tak lama lagi, lanjut Filip, Planet
Futsal juga akan hadir di Bandung dan Surabaya.
Meski merupakan “keturunan” langsung dari sepak bola tradisional,
futsal tampil lebih wangi dan berkesan asyik. Selain lapangannya
menggunakan rumput sintetis, arena futsal juga menyediakan kipas angin
besar, big screen projector, panggung acara, LCD, ruang ganti, loker,
toilet, shower, kafe dan merchandise shop. Untuk membangun satu arena
futsal, disebutkan Filip, SPR menginvestasikan dananya Ro 1,5-3 miliar
per venue.
Untuk perangkat lainnya, seperti rumput sintetis, gawang
dan
jaringnya, serta lain-lain, boleh dibilang standar. Kalau pun ada
perbedaan, tidaklah signifikan. Menurut pemasok rumput sintetis futsal
ini, biaya per satu lapangan futsal lengkap, termasuk fasilitas
penunjangnya (gawang, jaring, dan lain-lain) sekitar Rp 500 juta. Untuk
rumputnya saja, PI menawarkan harga Rp 200-350 ribu per m2. Selain
menyediakan rumput sintetisnya, dijelaskan Gunawan, PI juga menyediakan
jaring lapangan (net) dengan harga Rp 25 juta dan sepasang gawang futsal
seharga Rp 3 juta.
Gunawan berpendapat, bila perusahaan yang masuk ke bisnis ini cuma
membangun satu lapangan futsal, tidak akan ekonomis. Minimal harus
memiliki dua lapangan futsal rumput sintetis, sehingga bisa menampung
peminat lebih banyak. Dia yakin futsal akan terus berkembang. Sekarang
saja PI sedang bernegosiasi dengan beberapa perusahaan yang ingin
membangun arena futsal. Ada 10 arena futsal yang bakal dibangun dalam
waktu dekat, tetapi Gunawan menolak menyebut nama-nama perusahaan yang
bakal masuk ke bisnis futsal itu. Sementara menurut Filip, bisnis ini
baru memasuki tahap pertumbuhan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar